Rabu, 18 Maret 2015

"Masyarakat tidak membutuhkan pemerintah jika masyarakat mau bekerjasama" bag: 1


"Masyarakat tidak membutuhkan pemerintah jika
masyarakat mau bekerjasama". Setahun lalu
seorang teman melontarkan pendapat ini disela-
sela obrolan ngalor-ngidul kami. Sebelumnya,
dengan teman saya ini saya berbagi unek-unek
tentang apa yang beberapa hari berteduh di
pikiran saya. Ya, beberapa hari itu pikiran saya
disibukan dengan dengan angan-angan, impian
dan harapan yang mondar mandir seakan gelisah
ingin diwujudkan. Saya ingin membuka sebuah
taman bacaan sederhana sesederhana mungkin.
Tanpa mempertimbangkan jumlah buku yang
saya punya saat itu. Tanpa mempertimbangkan
dimana nanti tempat taman bacanya. Tanpa
mempertimbangkan apakah nanti ada yang
merasa terbantu dengan adanya taman baca ini.
Hati saya hanya ingin mendirikan taman baca
sederhana sesederhana mungkin.
Sederhana sesederhana mungkin? Iya, kurang
lebih begitu. Bukan tanpa sebab, pertama karena
saya memiliki beberapa buku yang saya beli
dengan menyisihkan gaji. Kerap kali setelah
menyantap buku yang baru saya beli, saya
menawarkan kepada seorang teman (yang haus
ilmu tentunya) untuk turut menikmati buku saya.
Saya pinjamkan. Mungkin karena saking
seringnya meminjamkan buku, maka pertanyaan
pun muncul: jika memang buku yang saya baca
saya merasakan manfaatnya, mengapa tidak
saya pinjamkan ke banyak orang? Jika saya saja
bisa terinspirasi dengan buku yang saya punya,
orang lain pasti akan terinspirasi juga. Maka
dengan ini muncul ide untuk mendirikan taman
baca sederhana sesederhana mungkin.
Kedua, saya akrab dengan seorang ustadz TPA.
Dari beliau saya berkesempatan dekat dengan
anak-anak. Saya dimanahi membantu anak-anak
mengerjakan PR yang mereka dapat dari
sekolah. Dekat dengan anak-anak ternyata telah
mengetuk hati yang tertutup. Saya baru sadar
bahwa anak-anak sangat-sangat jauh dari buku.
Di sekolah, kebanyakan anak-anak hanya
melahap buku pelajaran. Sedang di rumah
mereka melahap buku pelajaran hanya jika ada
PR. Ini realita yang baru saya sadari bahwa
anak-anak sangat jauh dari buku. Padahal kita
sepakat bahwa banyak sekali pelajaran yang
tidak bisa didapat dari buku sekolah. Banyak
ilmu dan pengetahuan yang tidak didapat di buku
pelajaran. Menyadari realita ini, maka terbesit di
benak saya untuk segera mengupayakan sarana
baca untuk anak-anak, mendirikan taman baca
sederhana sesederhana mungkin. Setidaknya
menyediakan bahan bacaan yang tidak adik-adik
saya dapat di sekolah. Karena ilmu itu luas.
Karena belajar tak hanya di sekolah. Dan karena
prihatin atas minimnya sarana baca di luar
sekolah.
Ketiga, kenyataan yang lebih menyedihkan, anak-
anak tidak hanya kekurangan bahan bacaan di
luar buku pelajaran sekolah. Tetapi mendampingi
anak-anak di TPA telah membuka mata saya
bahwa minat baca adik-adik kita sangat kritis.
Bahkan di TPA sekalipun ternyata membaca sms
maupun bbm, ternyata bagi anak-anak lebih
menyenangkan. Dan ini tidak boleh dibiarkan.
Kecuali jika kita ingin adik-adik kita bernasib
lebih buruk dari kita. Ini alasan kuat mengapa
saya semakin berhasrat mengadakan taman
baca sederhana sesederhana mungkin.
***bersambung***
Kami membuka tangan bagi siapapun yang ingin
bergandengan tangan bahu membahu
terwujudnya taman baca di desa pandansari,
kecamatan ajibarang, kabupaten banyumas.
Kami menerima donasi buku bacaan layak baca.
Info: angga ruben swastingga (7e9e9e6b /
085747167339)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda